KA-BAND: TEKNOLOGI SATELIT DENGAN BANDWIDTH BESAR DAN KONEKSI STABIL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi dan digitalisasi di berbagai bidang meningkatkan kebutuhan akan koneksi internet yang lebih cepat dan andal. Komunikasi di era milenial menuntut pertukaran informasi real time dengan kecepatan akses yang tinggi termasuk di Indonesia. Indonesia adalah negara tropis dengan tingkat curah hujan tinggi yang juga merupakan negara maritim membutuhkan satelit untuk pertukaran informasi secara cepat [1].
Kebutuhan ini semakin tinggi untuk aplikasi-aplikasi seperti streaming video, kecerdasan buatan, Augmented Reality. Sehingga jaringan satelit tradisional yang menggunakan band frekuensi C dan Ku memiliki keterbatasan bandwidth dan rentan terhadap interferensi [2]. Keterbatasan tersebut seperti bandwidth yang terbatas. Bandwidth yang terbatas memiliki bandwidth yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan terestrial, seperti fiber optic. Hal ini menyebabkan koneksi yang lambat, terutama untuk aplikasi yang membutuhkan transfer data yang besar. Keterbatasan yang lainnya terdapat pada ketidakstabilan koneksi. Ketidakstabilan koneksi tersebut pada jaringan komunikasi satelit akan rentan terhadap interferensi dari cuaca buruk, seperti hujan lebat dan badai. Sehingga menyebabkan koneksi terputus dan tidak stabil, namun masalah lain juga muncul dikarenakan keterbatasan tersebut terutama pada jangkauan yang terbatas. Satelit tradisional tidak dapat menjangkau semua wilayah di bumi, terutama daerah terpencil dan pedesaan. Ka-band merupakan solusi potensial untuk mengatasi keterbatasan jaringan satelit tradisional [3]. Ka-band dapat menawarkan bandwidth yang jauh lebih besar, koneksi yang stabil dan jangkauan yang lebih luas dalam pengiriman dan penerimaan sebuah sinyal informasi [4].
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat dan tantangan penggunaan Ka-band dalam
komunikasi satelit?
2. Bagaimana Ka-band dapat membantu mengatasi masalah kapasitas jaringan terbatas, koneksi satelit yang tidak stabil?
1.3 Batasan Masalah
1. Penelitian ini berfokus pada potensi Ka-band dalam komunikasi satelit.
2. Penelitian ini tidak membahas aspek teknis secara detail.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan kebijakan dan strategi yang tepat untuk penggunaan Ka-band.
2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan akses layanan komunikasi satelit.
3. Penelitian ini didedikasikan kepada pemerintah, indsutri, dan akademisi dalam memahami potensi Ka-band dalam meningkatkan konektivitas global.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1Karakteristik Ka-Band Teknologi satelit membutuhkan alokasi spektrum frekuensi untuk dapat mengirimkan sinyal informasi. Topik yang menjadi sebuah perhatian pada komunikasi satelit dalam kalangan industri adalah frekuensi Ka-band yang memiliki rentang frekuensi 26,5 GHz hingga 40 GHz dengan frekuensi uplink sebesar 27,5 GHz hingga 31 GHz. Ka-band memiliki bandwidth lebih besar yang dapat menampung kapasitas layanan yang lebih banyak [4]. Kaband merupakan salah satu rentang frekuensi yang digunakan untuk komunikasi satelit yang berada pada rentang frekuensi 10 GHz [4]. Gambar 2.1 merupakan alokasi frekuensi yang digunakan pada sebuah komunikasi satelit.
Gambar 2.1 Alokasi frekuensi pada komunikasi satelit
Ka-band memiliki keunggulan dalam melakukan proses pengiriman dan penerimaan sebuah sinyal komunikasi. Diantara lain adalah pada proses transmisi data yang lebih tinggi dan mendukung aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar seperti streaming video dan lain-lain. Dalam teknik Ka-band juga koneksi yang diberikan lebih stabil dengan teknik lainnya hal ini yang dapat menjadikan komunikasi Ka-band lebih tahan terhadap interferensi dan koneksi yang diberikan lebih andal dan uptime tinggi. Teknologi pendukung Ka-band dapat memperkuat konektivitas satelit dengan menghadirkan Spot Beam Forming dan Adaptive Coding and Modulation (ACM). Spot Beam Forming secara baik dapat mengarahkan sinyal satelit ke area spesifik dan dapat meminimalisir interferensi[5].Disisi lain, Acm secara adaptif menyesuaikan modulasi dan coding data secara real-time, dan dapat mengoptimalkan performa berdasarkan kondisi jaringan, dan meningkatkan keandalan serta efisiensi. Integrasi kedua teknologi ini pada Ka-band menghasilkan konektivitas satelit yang lebih presisi, adaptif dan andal [5].
2.2Teknologi Pendukung Ka-Band 2.2.1 Spot Beam Forming Spot Beam Forming (SBF) adalah teknologi yang merevolusi cara satelit dalam mentransmisikan sinyal. Teknologi ini memungkinkan satelit Ka-Band untuk mengarahkan sinyal secara presisi ke area target yang spesifik, seperti kota, desa, atau bahkan bangunan tertentu. Keunggulan SBF adalah dalam meningkatkan throughput, mengurangi interferensi dari sinyal satelit lain dan sumber gangguan terestrial. Teknologi ini dapat mendukung jangkauan luas, dikarenakan teknologi SBF dapat mengarahkan sinyal ke area target secara merata. Penggunaan SBF ini juga dapat meningkatkan kualitas layanan yang lebih stabil dan andal dalam meningkatkan kualitas layanan bagi pengguna, terutama di area yang memiliki konektivitas buruk.2.2.2 Adaptive Coding and Modulation (ACM) Adaptive Coding and Modulation (ACM) adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan throughput, efisiensi, dan reliability dari sistem komunikasi secara dinamis mengubah modulasi dan kesalahan penerusan koreksi sebagai respons terhadap kondisi link yang diukur [6]. Teknologi ini memungkinkan optimalisasi performa komunikasi satelit berdasarkan kondisi jaringan yang selalu berubah. ACM dapat meningkatkan keandalan koneksi yang mampu mengkompensasi degradasi sinyal akibat interferensi cuaca, seperti hujan lebat dan badai, hal ini menghasilkan koneksi yang lebih stabil dan andal. Cara kerja dari ACM seperti memonitoring kondisi jaringan, penilaian kualitas kanal, pemilihan modulasi dan coding, dan penyesuaian dinamis dilakukan secara real-time berdasarkan perubahan kondisi jaringan. Dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 DVB S2 Adaptive Coding and Modulation [7]
Dampak dari teknologi ACM ini menghasilkan koneksi satelit yang lebih stabil, andal dan bebas gangguan, sehingga ACM membutuhkan bandwidth yang besar dan koneksi yang stabil untuk memperluas jangkauan aplikasi.BAB III
KAJIAN DAN ANALISIS
Ka-Band merupakan pita frekuensi radio yang terletak antara frekuensi 26,5 GHz dan 40 GHz. Pita frekuensi ini memberikan beberapa keunggulan dibandingkan pita frekuensi satelit tradisional lainnya seperti CBand, dan Ku-Band yang membuatnya ideal untuk berbagai aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar dan koneksi stabil. Ka-Band sendiri juga memiliki bandwidth yang jauh lebih besar dibandingkan satelit tradisional lainnya, hal ini memungkinkan untuk transmisi data lebih unggul karena transmisi datanya lebih efisien dan cepat. Ka-Band juga lebih tahan terhadap interferensi dari cuaca buruk dibandingkan C-Band dan Ku-Band. Hal ini dikarenakan frekuensi yang digunakan lebih tinggi, sehingga koneksi yang digunakan lebih stabil dan andal terutama di daerah dengan cuaca ekstrem sekalipun. Meskipun Ka-Band memiliki banyak keunggulan, perlu diperhatikan juga terdapat beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan seperti biaya dan interferensi satelit. Hal ini diperlukan untuk mencegah interferensi antar satelit di orbit yang sama. Hal ini membutuhkan kerjasama antar operator satelit dan regulator. Pada teknologi Ka-Band memiliki potensi besar untuk merevolusi konektivitas satelit. Teknologi ini dapat membuka peluang baru untuk berbagai aplikasi inovatif, seperti memperkuat komunikasi darurat dan bencana dan penyedia internet berkecepatan tinggi di daerah terpencil dan pedesaan.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan1. Bandwidth besar, dikarenakan Ka-Band memiliki bandwidth lebih besar dibandingkan dengan komunikasi satelit tradisional lain.2. Koneksi stabil, dikarenakan Ka-Band tahan terhadap interferensi cuaca buruk.3. Jangkauan luas, satelit Ka-Band dapat menjangkau semua wilayah di bumi, termasuk wilayah terpencil dan pedesaan.2. Rekomendasi Berdasarkan Kajian dan analisis di atas, berikut beberapa rekomendasi untuk memaksimalkan potensi teknologi Ka-Band:
1. Mengembangkan | teknologi | Ka-Band | seperti | meningkatkan |
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. S. Delfina Abdurrahman, S. Salmiah, and S. Suyuti, “Analisis Perbandingan Komunikasi Satelit Frekuensi C-Band Dan Ka-Band Di Indonesia,” PROtek : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, vol. 7, no. 1, pp. 16–19, May 2020, doi: 10.33387/protk.v6i2.1624.[2] E. Cianca, T. Rossi, A. Yahalom, Y. Pinhasi, J. Farserotu, and C. Sacchi, “EHF for satellite communications: The new broadband frontier,” Proceedings of the IEEE, vol. 99, no. 11, pp. 1858–1881, 2011, doi: 10.1109/JPROC.2011.2158765.[3] U. Park, H. W. Kim, D. S. Oh, and B. J. Ku, “A dynamic bandwidth allocation scheme for a multi-spot-beam satellite system,” ETRI Journal, vol. 34, no. 4, pp. 613–616, Aug. 2012, doi: 10.4218/etrij.12.0211.0437.[4] F. Rizqa, D. Arseno, and T. Yunita, “Analisis Dan Desain Antena Mikrostrip Untuk Komunikasi Satelit Pada Frekuensi Ka-Band,” AVITEC, vol. 1, no. 2, Jan. 2020, doi: 10.28989/avitec.v2i1.590.[5] S. Adityawarman and I. Krisnadi, “POSISI KOMERSIAL BROADBAND VSAT HTS KA-BAND TERHADAP RENCANA MOBILE BROADBAND 5G DI INDONESIA”.[6] J. A. Downey, D. J. Mortensen, M. A. Evans, J. C. Briones, and N. Tollis, “Adaptive Coding and Modulation Experiment with NASA’s Space Communication and Navigation Testbed.”[7] G. Gardikis, N. Zotos, and A. Kourtis, “Satellite Media Broadcasting with Adaptive Coding and Modulation,” International Journal of Digital Multimedia Broadcasting, vol. 2009, pp. 1–10, 2009, doi: 10.1155/2009/879290.
Komentar
Posting Komentar